12 Maret 2011 | 07:37 wib
Berita Aktual » Nasional
Tsunami Jepang Tak Jadi Hantam Indonesia
Jakarta, CyberNews. Ancaman tsunami Jepang batal menghantam kawasan Indonesia. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mencabut peringatan dini pada pukul 19.55 WIB.
Rahmat Triyono, Kepala Subbidang Informasi Dini Gempa Bumi BMKG, mengatakan, "peringatan tsunami sudah berakhir." Jumat malam (11/3).
BMKG sempat memperkirakan Tsunami akan menghantam kawasan utara Papua, Sulawesi Utara, dan Maluku Utara pada pukul 18.00 WIB atau 20.00 WIT. Namun, "tsunami yang menyeberangi Samudra Pasifik itu terjadi di Pantai Halmahera, Maluku Utara, dan Pantai Bitung, Sulawesi Utara, setinggi 10 sentimeter saja, yang terjadi sekitar pukul 19.05 WIB," imbuhnya.
Sedang di papua, ketinggian gelombang sekitar 20 sentimeter. Dijelaskan Rahmat, pihaknya tidak memiliki alat pencatat di Papua, tapi kemungkinan tingginya sekitar 20 sentimeter.
Gempa berkekuatan 8,9 pada skala Richter menggoyang Jepang Jumat siang (11/3). Pusat Peringatan Tsunami Pasifik di Hawaii pun mengeluarkan peringatan maut ancaman tsunami untuk Jepang, Rusia, Marcus Island, dan Northern Marianas. Guam, Taiwan, Filipina, Indonesia, dan Hawaii juga diminta waspada.
Sesaat setelah peringatan itu menyebar, puluhan warga di Supiori, Papua sempat panik dan mengunsi ke kantor kelurahan setempat. Sedangkan di Jayapura, ratusan warga memadati jalan0jalan utama di kota itu.
"Kalau benar ada terjadi tsunami, bisa mudah untuk lari ke gunung," ujar Yuliana, warga Perumnas III, Waena. Kejadian itu juga terjadi di Manado.
Peringatan juga dilakukan oleh Kantor Syahbandar Makassar sejak Jumat sore (11/3), yang melarang enam kapal pengangkut barang rute internasional dan domestik untuk berlayar.
"Kalau tidak ada dampak buruk tsunami di Jepang sampai Sabtu pagi, kapal dibolehkan berangkat," kata Fahriadi, Kepala Bidang Penjagaan dan Keselamatan Kantor Syahbandar Pelabuhan Makassar.
Tsunami yang ditunggu tak datang, warga kota Manado yang mengungsi ke daerah pegunungan akhirnya kembali ke rumah masing-masing pukul 22.12 Wita.
Jumat, 11 Maret 2011
Pengaruh Tsunami Jepang Terhadap Indonesia
Kamis, 10 Maret 2011
A Masterpiece Of Erwin Gutawa
Konser siap menampilkan penyanyi terkenal seperti Iwan Fals, Rossa, Once, Afgan, Kotak, Shandy Sondoro, Waljinah, Ika Deli. Namun uniknya untuk konser ini, Erwin tak memakai satu pun lagu dari karyanya untuk ditampilkan.
"Mereka harus jadi diri sendiri, dengan genre musiknya. Seperti Rossa, musiknya harus female singer yang sudah mature. Kotak harus ngerock banget, kalau dengan Gita saya beremaja ria. Dengan Iwan kita natural tapi tetap benang merahnya," terang Erwin, di Rolling Stone Cafe, Jalan Bangka, Cilandak, Jakarta Selatan, baru-baru ini.
Erwin pun mengumpamakan konser ini adalah rumah baginya. Para musisi dan alat instrumental adalah isi rumahnya. Para penyanyi yang mengisi acara adalah tamunya.
"Keragaman itu yang memang ingin saya tampilkan. Dan bahkan saya mainkan musik Bali dan musik Sumatera. Saya mainkan musik Bali tapi dengan gaya opera klasik, dan saya juga membawakan karya Gipsi King tahun 1975," sambung Erwin.
Bila biasanya dalam sebuah sajian orkestra jarang memakai alat instrumental, kali ini Erwin menyuguhkan perbedaan. Di sini Erwin ingin menonjolkan permainan bas. Alat musik yang memang menjadi salah satu kemahirannya. Barry Likumahua, Indro Hardjodikoro dan Fajar Adi Nugroho, bebarapa pembetot bas yang akan disajikan secara spesial oleh Erwin.
"Biasanya kalau konser unsur instrumentalis biasa dicuekin. Tapi ketika saya yang bikin konsep, secara saya kan musisi jadi pengen banget nampilin instrumentalis. Kenapa bass? Karena saya pemain bass. Selain bermain bas, ada pemain saksofon di nomor-nomor tertentu," katanya.
Erwin menambahkan, "Saya juga sengaja mengundang penyanyi-penyanyi yang menurut saya membanggakan. Ada anak muda, remaja, sampai senior seperti Iwan Fals dan Ibu Waljinah. Insya Allah bisa membuat sesuatu yang istimewa,"
Erwin juga menyiapkan 90 Peach Orchestra. Ada sekitar 30 lagu dalam durasi dua setengah jam. "Mudah-mudahan ini bisa menghasilkan sesuatu yang bisa dinikmati,” katanya.
Apa yang Erwin harapkan, ternyata penyanyi dan musisi senior Iwan Fals memiliki ekspektasi lebih tinggi. "Begini. Kebetulan negara kita sedang ada persoalan-persoalan seperti di Cikesik dan Temanggung. Nah, bahasa apa yang bisa meredam semua ini? Mudah-mudahan (konser) ini bisa jadi oase (mata air yang menyejukan). Saya berharap ini bisa jadi oase di negeri kita," terang Iwan dengan senyum penuh harap.
Rencananya, pelantun lagu Omar Bakrie ini akan membawakan tiga lagu dalam konser A Masterpiece of Erwin Gutawa. Iwan akan membawakan lagu-lagu hitsnya seperti Izinkan Aku Menyayangimu, Satu-satu dan Mata Dewa.
"Di samping silahturami kami sama-sama tahu keadaan kita seperti apa, segi alam, segi manusia. Mudah-mudahan konser ini harapan saya jadi oase jadi inspirasi buat kita semua," sambung Iwan.
Iwan memang jauh berpengalaman. Tampak terlihat perbandingannya dengan Once Mekel dan Tantri 'Kotak' yang ikut terlibat. Keduanya, mengaku agak kesulitan, meskipun lancar berkat dukungan Erwin.
"Konser nanti saya nyanyi lagu Simfoni yang Indah. Satu lagu saja. Kalau band mudah mengaturnya. Tapi kalau orkestra ada yang salah satu orang saja, musti mengulang dari depan," ungkap Once.
Tantri pun merasakan hal yang sama. Ia bahkan mengaku grogi. "Deg-degan. Sebelumnya memang pernah nyanyi orkestra di Harmoni SCTV. Tapi nggak seperti ini," ujar Tantri.
Vokalis band Coklat yang beraliran rock itu merasa mentalnya sedikit turun saat melihat 100 orang musisi mengiringinya. "Aku mentalnya masih takut-takut. Yah karena ini diiringi oleh 100 orang musisi bagus," paparnya.
Tantri mengaku, rasa groginya lantaran melihat kebesaran karya besar Erwin Gutawa. "Deg-degan duluan. Takut melihat kebesaran mas Erwin. Tetapi mas Erwin bilang 'loe tuh bisa, loe tuh bisa'," imbuhnya.
Konser A Masterpiece of Erwin Gutawa pun siap digelar di Plenary Hall, Jakarta Convention Centre, Senayan, Jakarta Selatan, Sabtu (26/2), mulai pukul 20.00 WIB. Tak hanya Iwan Fals, Once dan Tantri, tampil pula Rossa, Gita Gutawa, Afgan, Vidi Aldiano, Sandhy Sondoro, Kotak, Dira Sugandi, dan Waldjinah.
Sebagaimana diketahui, sebelum menggelar konser A Masterpiece of Erwin Gutawa, Erwin sudah sangat terkenal sebagai seorang di belakang suksesnya konser-konser begengsi di Indonesia. Konser bertajuk Rockestra (2000), Erwin Gutawa (2002), Chrisye: Dekade (2003), EG Salute to Koes Plus/Bersaudara (2004), Konser 3 Diva (2005) dan yang terakhir Drama Musikal Laskar Pelangi jadi bukti kemahiran ayah Gita Gutawa ini. [mor]
"Mereka harus jadi diri sendiri, dengan genre musiknya. Seperti Rossa, musiknya harus female singer yang sudah mature. Kotak harus ngerock banget, kalau dengan Gita saya beremaja ria. Dengan Iwan kita natural tapi tetap benang merahnya," terang Erwin, di Rolling Stone Cafe, Jalan Bangka, Cilandak, Jakarta Selatan, baru-baru ini.
Erwin pun mengumpamakan konser ini adalah rumah baginya. Para musisi dan alat instrumental adalah isi rumahnya. Para penyanyi yang mengisi acara adalah tamunya.
"Keragaman itu yang memang ingin saya tampilkan. Dan bahkan saya mainkan musik Bali dan musik Sumatera. Saya mainkan musik Bali tapi dengan gaya opera klasik, dan saya juga membawakan karya Gipsi King tahun 1975," sambung Erwin.
Bila biasanya dalam sebuah sajian orkestra jarang memakai alat instrumental, kali ini Erwin menyuguhkan perbedaan. Di sini Erwin ingin menonjolkan permainan bas. Alat musik yang memang menjadi salah satu kemahirannya. Barry Likumahua, Indro Hardjodikoro dan Fajar Adi Nugroho, bebarapa pembetot bas yang akan disajikan secara spesial oleh Erwin.
"Biasanya kalau konser unsur instrumentalis biasa dicuekin. Tapi ketika saya yang bikin konsep, secara saya kan musisi jadi pengen banget nampilin instrumentalis. Kenapa bass? Karena saya pemain bass. Selain bermain bas, ada pemain saksofon di nomor-nomor tertentu," katanya.
Erwin menambahkan, "Saya juga sengaja mengundang penyanyi-penyanyi yang menurut saya membanggakan. Ada anak muda, remaja, sampai senior seperti Iwan Fals dan Ibu Waljinah. Insya Allah bisa membuat sesuatu yang istimewa,"
Erwin juga menyiapkan 90 Peach Orchestra. Ada sekitar 30 lagu dalam durasi dua setengah jam. "Mudah-mudahan ini bisa menghasilkan sesuatu yang bisa dinikmati,” katanya.
Apa yang Erwin harapkan, ternyata penyanyi dan musisi senior Iwan Fals memiliki ekspektasi lebih tinggi. "Begini. Kebetulan negara kita sedang ada persoalan-persoalan seperti di Cikesik dan Temanggung. Nah, bahasa apa yang bisa meredam semua ini? Mudah-mudahan (konser) ini bisa jadi oase (mata air yang menyejukan). Saya berharap ini bisa jadi oase di negeri kita," terang Iwan dengan senyum penuh harap.
Rencananya, pelantun lagu Omar Bakrie ini akan membawakan tiga lagu dalam konser A Masterpiece of Erwin Gutawa. Iwan akan membawakan lagu-lagu hitsnya seperti Izinkan Aku Menyayangimu, Satu-satu dan Mata Dewa.
"Di samping silahturami kami sama-sama tahu keadaan kita seperti apa, segi alam, segi manusia. Mudah-mudahan konser ini harapan saya jadi oase jadi inspirasi buat kita semua," sambung Iwan.
Iwan memang jauh berpengalaman. Tampak terlihat perbandingannya dengan Once Mekel dan Tantri 'Kotak' yang ikut terlibat. Keduanya, mengaku agak kesulitan, meskipun lancar berkat dukungan Erwin.
"Konser nanti saya nyanyi lagu Simfoni yang Indah. Satu lagu saja. Kalau band mudah mengaturnya. Tapi kalau orkestra ada yang salah satu orang saja, musti mengulang dari depan," ungkap Once.
Tantri pun merasakan hal yang sama. Ia bahkan mengaku grogi. "Deg-degan. Sebelumnya memang pernah nyanyi orkestra di Harmoni SCTV. Tapi nggak seperti ini," ujar Tantri.
Vokalis band Coklat yang beraliran rock itu merasa mentalnya sedikit turun saat melihat 100 orang musisi mengiringinya. "Aku mentalnya masih takut-takut. Yah karena ini diiringi oleh 100 orang musisi bagus," paparnya.
Tantri mengaku, rasa groginya lantaran melihat kebesaran karya besar Erwin Gutawa. "Deg-degan duluan. Takut melihat kebesaran mas Erwin. Tetapi mas Erwin bilang 'loe tuh bisa, loe tuh bisa'," imbuhnya.
Konser A Masterpiece of Erwin Gutawa pun siap digelar di Plenary Hall, Jakarta Convention Centre, Senayan, Jakarta Selatan, Sabtu (26/2), mulai pukul 20.00 WIB. Tak hanya Iwan Fals, Once dan Tantri, tampil pula Rossa, Gita Gutawa, Afgan, Vidi Aldiano, Sandhy Sondoro, Kotak, Dira Sugandi, dan Waldjinah.
Sebagaimana diketahui, sebelum menggelar konser A Masterpiece of Erwin Gutawa, Erwin sudah sangat terkenal sebagai seorang di belakang suksesnya konser-konser begengsi di Indonesia. Konser bertajuk Rockestra (2000), Erwin Gutawa (2002), Chrisye: Dekade (2003), EG Salute to Koes Plus/Bersaudara (2004), Konser 3 Diva (2005) dan yang terakhir Drama Musikal Laskar Pelangi jadi bukti kemahiran ayah Gita Gutawa ini. [mor]
Senin, 31 Januari 2011
Biografi Arturo Sandoval
Arturo Sandoval lahir di Artemisia, sebuah desa kecil di provinsi Havana, Kuba pada tanggal 6 November 1949. Arturo mulai bermain musik pada usia 13 di band desa, di mana ia mempelajari dasar-dasar teori musik dan perkusi. Setelah bermain banyak instrumen, ia akhirnya menetap di sangkakala.
Pada tahun 1964, ia mulai tiga tahun serius studi terompet klasik di Sekolah Nasional Kuba Seni dan pada usia 16, ia memperoleh tempat di semua bintang-band nasional negara. Pada saat ini, ia benar-benar tenggelam dalam Jazz dengan Dizzy Gillespie idolanya. Direkrut menjadi militer pada tahun 1971, Sandoval mampu bermain dengan Orquesta Cubana de Musica Moderna dan terus rejimen praktek sehari-hari, mutlak harus untuk pemain trompet.
Setelah debit, ia mendirikan Irakere, yang menjadi ansambel jazz yang paling penting Kuba, dengan saksofonis Paquito D'Rivera dan pianis Chucho Valdes. Mereka dengan cepat menjadi sensasi di seluruh dunia, dan penampilan mereka di Newport Jazz Festival 1978 di New York diperkenalkan kepada audiens Amerika dan mengakibatkan kontrak rekaman dengan Columbia Records.
Tapi Arturo Sandoval sedang mencari kemungkinan musik baru dan ia meninggalkan grup pada tahun 1981 untuk membentuk band sendiri. Dia terus tur di seluruh dunia dengan kelompoknya, bermain perpaduan unik dari musik Latin dan Jazz, dan juga sebagai pemain trompet klasik, tampil dengan BBC di London Symphony dan Symphony Leningrad di Uni Soviet.
Bakat Sandoval telah membuatnya asosiasi dengan banyak musisi besar, tapi mungkin yang paling penting adalah dengan Dizzy Gillespie, pendukung lama musik Afro-Kuba, yang Sandoval panggilan ayah spiritualnya. Kedua musisi bertemu di Kuba pada tahun 1977 ketika sedang bermain Gillespie gigs dadakan di seluruh Karibia dengan saxophonis Stan Getz:.. "Saya pergi ke perahu untuk menemukan bahwa aku tidak pernah punya yang kompleks tentang pertemuan orang-orang terkenal Jika saya menghormati seseorang, saya pergi ke sana dan mencoba untuk menemui mereka. "
Karena situasi politik di Kuba, negara itu terisolasi dari musisi Amerika selama hampir dua puluh tahun dan selama ini perjalanan pertama kembali, Dizzy ingin mengunjungi lingkungan hitam di mana musisi memainkan guaguanco dan rumba di jalanan. Sandoval ditawarkan untuk mengambil Gillespie di dalam mobilnya, dan hanya kemudian bahwa malam ketika ia mengambil panggung dengan Gillespie melakukan Sandoval mengungkapkan dirinya sebagai musisi.
Persahabatan mereka tetap kuat sampai Dizzy's melintas di 1992. Kedua pria terus bermain dan merekam bersama secara teratur. Itu adalah saat tur dengan memenangkan Grammy Award-Bangsa Gillespie United Orchestra di Roma pada tahun 1990 yang Sandoval meminta suaka politik.
Berkat upaya Dizzy dan kemudian Wakil Presiden Dan Quayle, Arturo Sandoval mampu bermukim di Miami. Ia menjadi profesor penuh di Florida International University dan segera mencatat debut Amerika-nya "Penerbangan Untuk Kebebasan" di GRP. Arturo adalah fitur pada Dizzy's Grammy pemenang "Live At Festival Hall" rekaman dengan United Nation Orchestra pada tahun 1992 dan kemudian tahun itu, ia GRP album keduanya, "Ingat Saya Clifford," penghargaan untuk terompet legenda Clifford Brown.
Lain-Nya GRP rekaman termasuk: "Dreams Come True," sebuah kolaborasi dengan Michel Legrand, pemenang Grammy Danzon, Arturo Sandoval dan The Kereta Latin, dan baru-baru ini, "Swingin '." Seperti Wynton Marsalis, Arturo memiliki karir paralel sebagai pemain klasik. Rekaman-Nya, "Album Klasik," fitur terompet concerto oleh Hummel dan Mozart, serta sendiri "Concerto Untuk Trumpet dan Orchestra." Dia terus tampil dengan orkestra simfoni di seluruh dunia serta klinik melakukan bagi siswa bersemangat.
Arturo telah mengajar di Konservatorium de Paris, Tchaikovsky Conservatory di Uni Soviet, University of California Santa Barbara, University of Miami, University of Wisconsin, Purdue University dan di lembaga-lembaga lain di seluruh dunia. Saat ini, ia memegang jabatan sebagai guru besar di Florida International University di Miami.
Arturo juga menulis dan dilakukan pada soundtrack beberapa film termasuk "Keluarga Perez," "The Mambo Kings" dan "Havana." Seperti semua musisi, Arturo Sandoval menghabiskan sebagian besar waktunya di jalan. Ketika ditanya tentang memiliki kehidupan yang kaya seperti di musik, ia melaporkan bahwa "Aku diberkati. Dapatkah Anda membayangkan membiayai hidup Anda melakukan apa yang Anda cintai aku datang? dari keluarga yang sangat miskin dari antah berantah dan tidak pernah bisa membayangkan aku akan mampu melakukan hal-hal yang telah saya lakukan. Tuhan telah baik padaku."
Pada tahun 1964, ia mulai tiga tahun serius studi terompet klasik di Sekolah Nasional Kuba Seni dan pada usia 16, ia memperoleh tempat di semua bintang-band nasional negara. Pada saat ini, ia benar-benar tenggelam dalam Jazz dengan Dizzy Gillespie idolanya. Direkrut menjadi militer pada tahun 1971, Sandoval mampu bermain dengan Orquesta Cubana de Musica Moderna dan terus rejimen praktek sehari-hari, mutlak harus untuk pemain trompet.
Setelah debit, ia mendirikan Irakere, yang menjadi ansambel jazz yang paling penting Kuba, dengan saksofonis Paquito D'Rivera dan pianis Chucho Valdes. Mereka dengan cepat menjadi sensasi di seluruh dunia, dan penampilan mereka di Newport Jazz Festival 1978 di New York diperkenalkan kepada audiens Amerika dan mengakibatkan kontrak rekaman dengan Columbia Records.
Tapi Arturo Sandoval sedang mencari kemungkinan musik baru dan ia meninggalkan grup pada tahun 1981 untuk membentuk band sendiri. Dia terus tur di seluruh dunia dengan kelompoknya, bermain perpaduan unik dari musik Latin dan Jazz, dan juga sebagai pemain trompet klasik, tampil dengan BBC di London Symphony dan Symphony Leningrad di Uni Soviet.
Bakat Sandoval telah membuatnya asosiasi dengan banyak musisi besar, tapi mungkin yang paling penting adalah dengan Dizzy Gillespie, pendukung lama musik Afro-Kuba, yang Sandoval panggilan ayah spiritualnya. Kedua musisi bertemu di Kuba pada tahun 1977 ketika sedang bermain Gillespie gigs dadakan di seluruh Karibia dengan saxophonis Stan Getz:.. "Saya pergi ke perahu untuk menemukan bahwa aku tidak pernah punya yang kompleks tentang pertemuan orang-orang terkenal Jika saya menghormati seseorang, saya pergi ke sana dan mencoba untuk menemui mereka. "
Karena situasi politik di Kuba, negara itu terisolasi dari musisi Amerika selama hampir dua puluh tahun dan selama ini perjalanan pertama kembali, Dizzy ingin mengunjungi lingkungan hitam di mana musisi memainkan guaguanco dan rumba di jalanan. Sandoval ditawarkan untuk mengambil Gillespie di dalam mobilnya, dan hanya kemudian bahwa malam ketika ia mengambil panggung dengan Gillespie melakukan Sandoval mengungkapkan dirinya sebagai musisi.
Persahabatan mereka tetap kuat sampai Dizzy's melintas di 1992. Kedua pria terus bermain dan merekam bersama secara teratur. Itu adalah saat tur dengan memenangkan Grammy Award-Bangsa Gillespie United Orchestra di Roma pada tahun 1990 yang Sandoval meminta suaka politik.
Berkat upaya Dizzy dan kemudian Wakil Presiden Dan Quayle, Arturo Sandoval mampu bermukim di Miami. Ia menjadi profesor penuh di Florida International University dan segera mencatat debut Amerika-nya "Penerbangan Untuk Kebebasan" di GRP. Arturo adalah fitur pada Dizzy's Grammy pemenang "Live At Festival Hall" rekaman dengan United Nation Orchestra pada tahun 1992 dan kemudian tahun itu, ia GRP album keduanya, "Ingat Saya Clifford," penghargaan untuk terompet legenda Clifford Brown.
Lain-Nya GRP rekaman termasuk: "Dreams Come True," sebuah kolaborasi dengan Michel Legrand, pemenang Grammy Danzon, Arturo Sandoval dan The Kereta Latin, dan baru-baru ini, "Swingin '." Seperti Wynton Marsalis, Arturo memiliki karir paralel sebagai pemain klasik. Rekaman-Nya, "Album Klasik," fitur terompet concerto oleh Hummel dan Mozart, serta sendiri "Concerto Untuk Trumpet dan Orchestra." Dia terus tampil dengan orkestra simfoni di seluruh dunia serta klinik melakukan bagi siswa bersemangat.
Arturo telah mengajar di Konservatorium de Paris, Tchaikovsky Conservatory di Uni Soviet, University of California Santa Barbara, University of Miami, University of Wisconsin, Purdue University dan di lembaga-lembaga lain di seluruh dunia. Saat ini, ia memegang jabatan sebagai guru besar di Florida International University di Miami.
Arturo juga menulis dan dilakukan pada soundtrack beberapa film termasuk "Keluarga Perez," "The Mambo Kings" dan "Havana." Seperti semua musisi, Arturo Sandoval menghabiskan sebagian besar waktunya di jalan. Ketika ditanya tentang memiliki kehidupan yang kaya seperti di musik, ia melaporkan bahwa "Aku diberkati. Dapatkah Anda membayangkan membiayai hidup Anda melakukan apa yang Anda cintai aku datang? dari keluarga yang sangat miskin dari antah berantah dan tidak pernah bisa membayangkan aku akan mampu melakukan hal-hal yang telah saya lakukan. Tuhan telah baik padaku."
Biografi Sheila On 7
Sheila on 7 adalah salah satu grup musik populer Indonesia yang berdiri pada 6 Mei 1996 di Yogyakarta. Grup yang beranggotakan Duta (Akhdiyat Duta Modjo, vokal), Eross (Eross Candra, gitar), Adam (Adam Muhammad Subarkah, bass), serta Brian (Brian Kresna Putro, drum) ini pada awalnya bernama “Sheila” (bahasa Celtic: musikal). Kata “Gank” kemudian ditambahkan sehingga menjadi “Sheila Gank”. Kata inipun akhirnya diubah menjadi “on 7″, yang diambil dari tujuh tangga nada dalam musik.
Sheila on 7 telah beberapa kali mengalami perubahan susunan anggota. Pada Oktober 2004 Brian masuk menggantikan Anton yang dikeluarkan karena dianggap tidak disiplin. Lalu pada Maret 2006 Sakti mundur dari Sheila on 7 untuk belajar agama di Pakistan.
Setelah sibuk dengan masing masih project nya kini waktunya Sheila On 7 akan merilis album ke-6 nya yang issue nya akan di beri judul “Menentukan Arah”. Album ini merupakan album pertama Sheila On 7 yang di garap tanpa sound enginer. Single pertama di album ke-6 ini berjudul “Betapa” yang rilis pada minggu ke dua juni 2008 dan sudah mulai masuk di beberapa chart radio radio tanah air.
Berikut Adalah Profil Dari Para Personil SO7:
Akhdiyat Duta Modjo
Akhdiyat Duta Modjo (biasa disapa Duta, lahir di Kentucky, USA, 30 April 1980; umur 28 tahun) adalah vokalis grup musik Indonesia, Sheila on 7. Pria yang beragama Islam dan bertinggi tubuh 178 cm ini merupakan sulung dari dua bersaudara anak dari Prof. Dr. Hakam S. Modjo (alm.), gurubesar bidang penyakit tanaman di UGM. Ia pernah kuliah di Fakultas Teknologi Pertanian, Jurusan Mekanisasi Pertanian, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta namun tidak menyelesaikannya karena kemudian sibuk bermain musik. Menjadi sarjana masih menjadi cita-citanya.
Eross Candra
Eross Candra biasa disapa Eross adalah seorang pria kelahiran Yogyakarta, 3 Juli 1979 yang berprofesi sebagai musisi yang merupakan anggota dari grup musik Indonesia Sheila on 7. Eross berposisi sebagai gitaris dari grup musik tersebut. Pria yang beragama Islam dan mempunyai tinggi 173 cm ini adalah anak pertama dari 3 bersaudara dan mempunyai hobi kesenian.
>
Adam Muhammad Subarkah
Adam Muhammad Subarkah biasa disapa Adam (lahir di Yogyakarta, 22 Februari 1979; umur 30 tahun) adalah musikus dan anggota dari grup musik Indonesia Sheila on 7 dan berposisi sebagai bassist. Pria yang beragama Islam dan memiliki tinggi 178 cm ini mempunyai hobi bermusik dan pernah kuliah di Fisipol, Jurusan Hubungan Internasional - UGM Yogyakarta. Adam menikah dengan Umi Arimbi Khallistasani, pemegang gelar Putri Berbakat di ajang Putri Indonesia 2003 pada tahun 2005. Mereka telah dikaruniai seorang anak, Lovely Az’ahra Sheekeane (lahir 6 April 2006).
Brian Kresna Putro
Brian Kresna Putro biasa disapa Brian adalah pria kelahiran Jakarta, 22 Januari 1981 yang bertinggi badan 168 cm dan beragama Islam. Brian merupakan drummer dari grup musik Indonesia Sheila on 7 yang menggantikan posisi dari Anton Widi Astanto yang sudah keluar dari band tersebut. Ia juga anak pertama dari 3 bersaudara dan pernah kluliah di Sarjana Ekonomi Universitas Atmajaya Jakarta, cita-citanya sebagai musisi.
Brian Kresna Putro biasa disapa Brian adalah pria kelahiran Jakarta, 22 Januari 1981 yang bertinggi badan 168 cm dan beragama Islam. Brian merupakan drummer dari grup musik Indonesia Sheila on 7 yang menggantikan posisi dari Anton Widi Astanto yang sudah keluar dari band tersebut. Ia juga anak pertama dari 3 bersaudara dan pernah kluliah di Sarjana Ekonomi Universitas Atmajaya Jakarta, cita-citanya sebagai musisi.
Biografi:
Grup yang berdiri pada 6 Mei 1996 ini pada awalnya adalah sekumpulan anak-anak sekolah dari beberapa SMA di Yogyakarta. Di awal berdirinya bersatulah lima anak muda, Duta (vokal) berasal dari SMA 4, Adam (bass) dari SMA 6, Eross (gitar) dari SMA Muhammadiyah I, Sakti (gitar) dari SMA De Britto, dan Anton (drum) berasal dari SMA Bopkri I. Mereka sepakat untuk membentuk sebuah band dan membawakan lagu-lagu dari kelompok Oasis, U2, Bon Jovi, Guns N’ Roses, dll. Pada waktu itu juga, mereka telah memiliki beberapa lagu-lagu orisinal karya mereka sendiri dan mereka mencoba untuk memperkenalkan dan membawakan lagu-lagu tersebut dengan penuh rasa percaya diri di berbagai pentas.
Grup yang berdiri pada 6 Mei 1996 ini pada awalnya adalah sekumpulan anak-anak sekolah dari beberapa SMA di Yogyakarta. Di awal berdirinya bersatulah lima anak muda, Duta (vokal) berasal dari SMA 4, Adam (bass) dari SMA 6, Eross (gitar) dari SMA Muhammadiyah I, Sakti (gitar) dari SMA De Britto, dan Anton (drum) berasal dari SMA Bopkri I. Mereka sepakat untuk membentuk sebuah band dan membawakan lagu-lagu dari kelompok Oasis, U2, Bon Jovi, Guns N’ Roses, dll. Pada waktu itu juga, mereka telah memiliki beberapa lagu-lagu orisinal karya mereka sendiri dan mereka mencoba untuk memperkenalkan dan membawakan lagu-lagu tersebut dengan penuh rasa percaya diri di berbagai pentas.
Sampai saat ini juga, mereka masih sulit untuk menyebut warna musik apa yang sebenarnya dimainkan. Tetapi satu hal yang jelas adalah bahwa mereka berkeyakinan untuk memainkan “Sheila music”, dimana ide-ide atau kreasi dalam bermusik dimunculkan secara spontan dan menampilkan lirik-lirik yang gampang dicerna serta konsep musik yang sederhana.
Pada awal berdirinya grup ini bernama “Sheila”. Tidak lama kemudian, mereka menambahkan kata “Gank”, hingga jadilah “Sheila Gank”. Namun karena masalah ‘sense’, akhirnya nama mereka berganti menjadi “Sheila on 7”, “on 7” berarti solmisasi alias 7 tangga nada (do re mi fa sol la si).
Sejak awal grup ini mencoba untuk tampil secara profesional. Dimulai dengan keterlibatan mereka dalam beberapa pentas musik, festival maupun pertunjukan komersil di DIY dan Jawa Tengah, baik di lingkup sekolah, kampus, serta panggung umum. Satu hal yang cukup meyakinkan dan membanggakan adalah keikutsertaan mereka dalam program indie label “Ajang Musikal” (Ajang Musisi Lokal) di tahun 1997 milik Radio Geronimo 105.8 FM & G-Indie Production di Yogyakarta, dimana program ini adalah program sindikasi radio yang disiarkan oleh hampir 90 radio swasta di tanah air. Ajang Musikal adalah program radio yang menyiarkan lagu-lagu karya sendiri dari band-band lokal yang belum pernah rekaman komersial.
Dalam program ini mereka mendapat respons yang sangat positif, dimana request dari para pendengar untuk lagu karya mereka sendiri yaitu ‘Kita’, menempatkan mereka selama 3 bulan berturut-turut di tangga lagu Ajang Musikal G-Indie 10 pada bulan Maret, April, dan Mei 1997.
Menunjuk pada hal tersebut, “Sheila on 7” mampu untuk merefleksikan dirinya dan menjadikannya sebagai tolak ukur untuk ke jenjang yang lebih atas lagi yakni rekaman komersial. Dengan penuh keyakinan pula, Sheila on 7 memberanikan diri untuk menawarkan demotape serta proposal ke label Sony Music Indonesia, dan akhirnya kesempatan pun datang dengan dikontraknya Sheila on 7 untuk 8 album dengan sistem royalti.
sekilas mengenai Sheila On 7
SEKILAS TENTANG SO7*
Sheila on 7 adalah salah satu grup musik populer di Indonesia yang berdiri pada 6 Mei 1996 di Yogyakarta. Grup yang beranggotakan, Eross, Adam, serta Brian ini pada awalnya bernama "Sheila" (bahasa Celtic: musikal). Kata "Gank" kemudian ditambahkan sehingga menjadi "Sheila Gank". Kata inipun akhirnya diubah menjadi "on 7", yang diambil dari tujuh tangga nada dalam musik. Band ini mendapat julukan "Band Satu Juta Kopi" karena keberhasilannya menjual jutaan copy beberapa albumnya di masa kejayaannya di awal 2000an.
Sheila on 7 adalah salah satu grup musik populer di Indonesia yang berdiri pada 6 Mei 1996 di Yogyakarta. Grup yang beranggotakan, Eross, Adam, serta Brian ini pada awalnya bernama "Sheila" (bahasa Celtic: musikal). Kata "Gank" kemudian ditambahkan sehingga menjadi "Sheila Gank". Kata inipun akhirnya diubah menjadi "on 7", yang diambil dari tujuh tangga nada dalam musik. Band ini mendapat julukan "Band Satu Juta Kopi" karena keberhasilannya menjual jutaan copy beberapa albumnya di masa kejayaannya di awal 2000an.
Sheila on 7 telah beberapa kali mengalami perubahan susunan anggota. Pada Oktober 2004 Brian masuk menggantikan Anton yang dikeluarkan karena dianggap tidak disiplin. Lalu pada Maret 2006 Sakti mundur dari Sheila on 7 untuk belajar agama di Pakistan.
Tahun | Album | Single |
---|---|---|
1999 | Sheila on 7 |
|
2000 | Kisah Klasik Untuk Masa Depan |
|
2002 | 07 Des |
|
2004 | Pejantan Tangguh |
|
2006 | 507 |
|
2008 | Menentukan Arah |
|
Kamis, 27 Januari 2011
Mike Portnoy Keluar dari DREAM THEATER
Mungkin inilah kabar yang paling mengejutkan menjelang akhir tahun. Kalangan pecinta progressive sangat dihebohkan dengan keputusan sepihak Mike Portnoy yang memilih mundur sebagai drummer DREAM THEATER. Band yang telah dibangun dan membesarkan namanya dalam 25 tahun terakhir.
“Sebelumnya aku tidak pernah membayangkan ini akan terjadi. tapi setelah 25 tahun akhirnya keputusan besar telah aku buat dengan keluar dari DREAM THEATER. Band yang sangat aku cintai, yang sudah aku bentuk seperempat abad.
“Mungkin banyak orang akan shock dengan berita ini, tapi tolong mengerti tentang keputusan penting yang sudah aku buat. Ini memang keputusan sulit tapi jujur pergolakan ini sudah ada sejak tahun lalu…..
“Setelah setahun terakhir lebih intens bermain di beberapa band seperti HAIL!, TRANSATLANTIC dan juga AVENGED SEVENFOLD, jujur aku lebih merasakan kesenangan dengan mereka dan kedekatan dibanding dengan situasi sekarang di DREAM THEATER.
“Tapi tolong jangan salah paham kalau menilai aku membenci DREAM THEATER. Aku punya cerita panjang dengan band itu dan aku mencintai DREAM THEATER bakan nama itu juga datang dari pemberian ayahku. Tapi aku pikir aku butuh suasana baru setidaknya untuk saat sekarang.
“Ada perasaan lain yang juga aku rasakan kalau DREAM THEATER seperti ingin membuat skema mengeluarkan aku dari band dan keputusan aku juga untuk menyelematkan hubungan personal dengan personil lain untuk membuat DREAM THEATER tetap penuh inspirasi.
“Aku minta maaf untuk semua fans berat DREAM THEATER tapi tolong mengerti tentang situasi sekarang. Saat ini aku hanya ingin istirahat dari band tersebut dan bukan berarti keluar sepenuhnya,” kata Mike Portnoy seperti yang dilansir dari catatan resminya yang temuat di facebook.
DREAM THEATER adalah panutan utama di scene progressive metal dunia. Terbentuk di tahun 1986 band ini jarang berganti personil dan keluarnya Mike Portnoy menjadi orang ketiga personil asli yang hengkang dimana sebelumnya ada vokalis Charles Dominici dan keyboardist Kevin Moore. Praktis tinggal John Myung dan John Petrucci yang menjadi personil asli band ini.
Sejak terbentuk di tahun 1986, Mike Portnoy bersama DREAM THEATER setidaknya telah merilis sepuluh album penuh termasuk debut “When Dream and Day Unite” di tahun 1989 dan “Black Cloud and Silver Linnings” di tahun 2009.
Mike Portnoy atau yang bernama asli Michael Stephen Portnoy ini pernah meraih beberapa penghargaan utama sebagai drummer terbaik menurut beberapa versi termasuk 23 kali menjadi juara versi Majalah Modern Drummer. Dan pria yang memiliki darah keturunan Yahudi ini lahir 20 April 1967.
Langganan:
Postingan (Atom)